Minggu, 09 November 2008

Biografi Ulama Kito (Prof. Dr. HAMKA)

Oleh : Usman, S.HI

HAMKA (1908-1981), adalah akronim kepada nama sebenar Haji Abdul Malik bin Abdul Karim Amrullah. Beliau adalah seorang ulama, aktivis politik dan penulis Indonesia yang amat terkenal di alam Nusantara. Beliau lahir pada 17 Februari 1908 di kampung Molek, Maninjau, Sumatera Barat, Indonesia. Ayahnya ialah Syeikh Abdul Karim bin Amrullah atau dikenali sebagai Haji Rasul, seorang pelopor Gerakan Islah (tajdid) di Minangkabau, sekembalinya dari Makkah pada tahun 1906.

Hamka mendapat pendidikan rendah di Sekolah Dasar Maninjau sehingga kelas dua. Ketika usia HAMKA mencapai 10 tahun, ayahnya telah mendirikan Sumatera Thawalib di Padang Panjang. Di situ Hamka mempelajari agama dan mendalami bahasa Arab. Hamka juga pernah mengikuti pengajaran agama di surau dan masjid yang diberikan ulama terkenal seperti Syeikh Ibrahim Musa, Syeikh Ahmad Rasyid, Sutan Mansur, R.M. Surjopranoto dan Ki Bagus Hadikusumo.

Hamka mula-mula bekerja sebagai guru agama pada tahun 1927 di Perkebunan Tebing Tinggi, Medan dan guru agama di Padang Panjang pada tahun 1929. Hamka kemudian dilantik sebagai dosen di Universitas Islam, Jakarta dan Universitas Muhammadiyah, Padang Panjang dari tahun 1957 hingga tahun 1958. Setelah itu, beliau diangkat menjadi rektor Perguruan Tinggi Islam, Jakarta dan Profesor Universitas Mustopo, Jakarta. Dari tahun 1951 hingga tahun 1960, beliau menjabat sebagai Pegawai Tinggi Agama oleh Menteri Agama Indonesia, tetapi meletakkan jabatan itu ketika Sukarno menyuruhnya memilih antara menjadi pegawai negeri atau bergiat dalam politik Majlis Syura Muslimin Indonesia (Masyumi).

Hamka adalah seorang otodidiak dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan seperti filsafat, sastra, sejarah, sosiologi dan politik, baik Islam maupun Barat. Dengan kemahiran bahasa Arabnya yang tinggi, beliau dapat menyelidiki karya ulama dan pujangga besar di Timur Tengah seperti Zaki Mubarak, Jurji Zaidan, Abbas al-Aqqad, Mustafa al-Manfaluti dan Hussain Haikal. Melalui bahasa Arab juga, beliau meneliti karya sarjana Perancis, Inggris dan Jerman seperti Albert Camus, William James, Sigmund Freud, Arnold Toynbee, Jean Paul Sartre, Karl Marx dan Pierre Loti. Hamka juga rajin membaca dan bertukar-tukar pikiran dengan tokoh-tokoh terkenal Jakarta seperti HOS Tjokroaminoto, Raden Mas Surjopranoto, Haji Fachrudin, Ar Sutan Mansur dan Ki Bagus Hadikusumo sambil mengasah bakatnya sehingga menjadi seorang ahli pidato yang handal.

Hamka juga aktif dalam gerakan Islam melalui organisasi Muhammadiyah. Beliau mengikuti pendirian Muhammadiyah mulai tahun 1925 untuk melawan khurafat, bidaah, tarekat dan kebatinan sesat di Padang Panjang. Mulai tahun 1928, beliau mengetuai cabang Muhammadiyah di Padang Panjang. Pada tahun 1929, Hamka mendirikan pusat latihan pendakwah Muhammadiyah dan dua tahun kemudian beliau menjadi konsul Muhammadiyah di Makassar. Kemudian beliau terpilih menjadi ketua Majlis Pimpinan Muhammadiyah di Sumatera Barat oleh Konferensi Muhammadiyah, menggantikan S.Y. Sutan Mangkuto pada tahun 1946. Beliau menyusun kembali pembangunan dalam Kongres Muhammadiyah ke-31 di Yogyakarta pada tahun 1950.

Pada tahun 1953, Hamka dipilih sebagai penasihat pimpinan Pusat Muhammadiah. Pada 26 Juli 1977, Menteri Agama Indonesia, Prof. Dr. Mukti Ali melantik Hamka sebagai ketua umum Majlis Ulama Indonesia tetapi beliau kemudiannya meletak jawatan pada tahun 1981 karena nasihatnya tidak dipedulikan oleh pemerintah Indonesia.

Kegiatan politik Hamka bermula pada tahun 1925 ketika beliau menjadi anggota partai politik Sarekat Islam. Pada tahun 1945, beliau membantu menentang usaha kembalinya penjajah Belanda ke Indonesia melalui pidato dan menyertai kegiatan gerilya di dalam hutan di Medan. Pada tahun 1947, Hamka diangkat menjadi ketua Barisan Pertahanan Nasional, Indonesia. Beliau menjadi anggota Konstituante Masyumi dan menjadi pemidato utama dalam Pilihan Raya Umum 1955. Masyumi kemudiannya diharamkan oleh pemerintah Indonesia pada tahun 1960. Dari tahun 1964 hingga tahun 1966, Hamka dipenjarakan oleh Presiden Sukarno karena dituduh pro-Malaysia. Semasa dipenjarakanlah maka beliau mulai menulis Tafsir al-Azhar yang merupakan karya ilmiah terbesarnya. Setelah keluar dari penjara, Hamka diangkat sebagai anggota Badan Musyawarah Kebajikan Nasional, Indonesia, anggota Majelis Perjalanan Haji Indonesia dan anggota Lembaga Kebudayaan Nasional, Indonesia.

Selain aktif dalam soal keagamaan dan politik, Hamka merupakan seorang wartawan, penulis, editor dan penerbit. Sejak tahun 1920-an, Hamka menjadi wartawan beberapa buah akhbar seperti Pelita Andalas, Seruan Islam, Bintang Islam dan Seruan Muhammadiyah. Pada tahun 1928, beliau menjadi editor majalah Kemajuan Masyarakat. Pada tahun 1932, beliau menjadi editor dan menerbitkan majalah al-Mahdi di Makasar. Hamka juga pernah menjadi editor majalah Pedoman Masyarakat, Panji Masyarakat dan Gema Islam.

Hamka juga menghasilkan karya ilmiah Islam dan karya kreatif seperti novel dan cerpen. Karya ilmiah terbesarnya ialah Tafsir al-Azhar (5 jilid) dan antara novel-novelnya yang mendapat perhatian umum dan menjadi buku teks sastera di Malaysia dan Singapura termasuklah Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, Di Bawah Lindungan Kaabah dan Merantau ke Deli.

Hamka pernah menerima beberapa anugerah pada peringkat nasional dan antarabangsa seperti anugerah kehormatan Doctor Honoris Causa, Universitas al-Azhar, 1958; Doktor Honoris Causa, Universitas Kebangsaan Malaysia, 1974; dan gelar Datuk Indono dan Pengeran Wiroguno dari pemerintah Indonesia.

Hamka telah pulang ke rahmatullah pada 24 Juli 1981, namun jasa dan pengaruhnya masih terasa sehingga kini dalam memartabatkan agama Islam. Beliau bukan sahaja diterima sebagai seorang tokoh ulama dan sasterawan di negara kelahirannya, malah jasanya di seluruh alam Nusantara, termasuk Malaysia dan Singapura, turut dihargai

6 komentar:

novriyaldi mengatakan...

Kenapa saya merasa melihat HAMKA baru setelah membuka blog sahabat saya ini ya? bukan karena didalamnya ada biografi HAMKA, tetapi sebuah nilai yang insyaAllah akan membentuk keperibadian sahabatku ini, sebagaimana nilai tersebut telah membentuk pribadi HAMKA tempoe doeloe. Semoga saja sangka saya ini adalah benar-benar menjadi bagian dari sekian do'a Saya yang dikabulkan Allah SWT.

Thank bangt sobat, telah memberikan analisa kritis terhadap tulisan saya yang sangat sederhana dan perlu untuk dikritisi terus. apalagi tentang isinya yang sebenarnya bukan analisa ilmiyah, tapi baru sebatas analisa pribadi yang tidak lepas dari subjektifitas pribadi saya yang lemah.

bagi saya mahasiswa adalah betul-betul agen perobahan. siapapun dia. terutama dia di almamater saya sendiri. dan perobahan itu terutama untuk diri mahasiswa itu sendiri.

oya...
barangkali ada yang perlu diperhatikan dari tulisan saya "tentang MTI P Butuh perobahan", yaitu mencermati sebenarnya misi apa yang terdapat disana.

sangat tidak bijaksana apabila saya memaksa seseorang harus berfikir seperti saya. tapi setidaknya coba cermati dengan baik kembali. tidak ada sumpah serapah didalamnya, saya hanya mengemukakan apa adanya menurut yang saya lihat. cuman saja dari segi etis seprtinya tulisan itu sangat internal sekali, dan tidak pantas dipublikasikan ke khalayak ramai. tapi harus bagai mana lagi, kita tidak punya media yang efektif untuk menyampaikan ide pembaharuan ini, kita tidak punya majalah lokal, oraganisasi yang betul-betul mampu menyapaikan setiap aspirasi ke seluruh alumni.
dan saya beranggapan ini adalah media yang baik. agar seluruh alumni (minimal 20%) dari seluruh alumni mengetqahuinya.
tidak perlu banyak-banyak kok.

saya ingin mengatakan begini:

1. MTI P adalah media untuk menyampaikan pemahaman agama secara kaffah,pangsa pasar dari "industri" ini adalah masyarakat luas. tentu masyarakat harus tau keadaan didalamnya.

2. seandainya yang saya sampaikan itu tidak benar, seharusnya ada pembelaan yang bijaksana dari siapa pun yang ada perhatiannya terhadap sekolah yang telah berjasa mencerdaskannya.

3. setidaknya, sedikit gambaran pada tulisan tersebut adalah salah satu bukti bahwa saya tidak melepaskan MTI P dari hati saya. karena saya sangat cinta dengan sekolah saya dulu. dan saya tidak rela MTI P hanyut dengan berbagai kelemahan yang sebenarnya akan melahirkan orang-orang yang tidak berkualitas nantinya.

Memang betul kita tidak cukup hanya ngomong tanpa action. salah satu aksi saya adalah berusaha menyadari seluruh Alumni MTI P di nusantara ini bahwa kita sebenarnya sudah tertinggal dan butuh pembaharuan.

saya tidak tau, apakah alumni kita masih tidur atau tidak mau tau, atau ada yang tau tapi tidak tau bagaimana cara memberikan kontribusi untuk perobahan yang signifikan untuk sekolah yang katanya cinta dengan almamaternya. bisa jadi dikarenakan dia sudah terlanjur terdidik untuk tidak mampu mengkritisi almamaternya. atau memang ga tau sama sekali karena tidak mau nyari tau apa yang terjadi.

Entahlah, barangkali karena saya trus memikirkan kenapa dan apa yang terjadi dengan MTI P.

kalau benar analisa saya salah, siapapun berhak mematahkan dengan argumen logis, kritis, dan dengan data yang benar. bukan nasihat agar saya berhenti melihat kelemahan rumah yang telah medidik otak dan hati saya sendiri. karena itu tidak ada gunanya bagi saya.

tapi apabila ternyata apa yang saya gambarkan itu banyak benarnya, mari kita sama-sama menyiapkan strategi untuk perubahan sekolah kita (MTI P yang kita cintai). sehingga nantinya melahirkan pemikir-pemikir yang jauh lebih baik dari kita. atau menjadi rahim ulama-ulama baru pelanjut jihad ulama minangkabau tempoe doeloe.
Wallahu a'lam

L3nt3r4 Q4lbu_67 mengatakan...

Assalamu'alaikum Wr. Wb

Sangat luar biasa n biasa di luar sekali pemikiranmu sobat.........

Hari ini akoe cuman mo ngajak kita semua berpikir objektif bukan subyektif. Jika hari ini kita masih terpaku n larut untuk melihat kelemahan kita sendiri kapan kita mo bangkit?. Bukankah yang perobahan tersebut bangkit dari keterpurukan?.

Sahabatkoe........
akoe sangat salut dengan pemikiran cemerlangmoe. Alangkah lebih bergunanya ketika kelebihan yang ada pada diri kita nee kita jadikan sebagai kekuatan untuk lebih membesarkan diri kita sendiri, ketimbang kita gunakan untuk merobek baju yang jelas** kita yang empunya.

Akoe mo ngajak kawan merenungkan sejenak analogi berikut:

"Suatu hari kamoe naik motor dari GUMARANG menuju Padang, tapi yang kawan lihat hanya kaca spionnya saja. Pertanyaan saya, kira-kira sampai ndak kawan ke Padang?.

Makanya sekali lagi kita ndak usah banyak bicara apalagi berdebat untuk suatu hal yang ndak penting. Mari kita jadikan kelebihan yang ada ini untuk menunjukkan bahwa kita pun berkualitas dengan demikian kita telah melakukan perobahan bro......

Bohong orang yang mo mengusung suatu perobahan tetapi tidak dimulai dari diri sendiri..........

bukankah "QUU ANFUSAKUUM WA AHLIKUUM NAARAA"

Wassalamu'alaikum Wr. Wb

novriyaldi mengatakan...

Assalamu'alaikum Wr Wb.

hiii mandan, agak sakali-kali rasonyo ndak ba doh wak minum teh talua di kadae, bak raso kalamak kalu diselingi jo goreng pisang angek di pagi hari. ba gak ati ndan tuha?? heheheh

ba kasibukan kini ndan? aktifitas di LSM lai lancar se? sukses trus ndan .... kalaupun awak ndak samodel mandan, tapi wak sangat bangga mandanga kawan begitu bamanfaat di tangah-tanngah masyarakat. satidaknyo pamacu sumangaik bagi wak.

o yo, komentar balasan u mandan

1. jawaban untuak analogi mandan; kalau saya bukan pengendara profesiona saya akan jatuh.

Cuman saja barangkali analogi di atas kurang pas dengan apa yang saya lakukan sekarang ini. karena saya tidak menghabiskan waktu hanya untuk melihat baju yang pernah saya pakai. atau kendaraan yang sedang saya kendarai. lagi pula saya tidak lagi mengendarainya, juga tidak sedang boncengan dengan kendaraan itu. hehehe..

2. Saya mengatakan apa adanya bukan tanpa berusaha merubah diri saya sendiri. kalau saya tunggu dulu saya menjadi orang piiintaaaar bangt, kayaknya sampai ajal datang saya tidak akan merasa lebih pintar dari sebatang ranbut dikepala saya. dan saya akan terus mencari ilmu semampu saya, insyaAllah.

Disebabkan karena saya terus berusaha melongokkan kepala kejendela media, membaca apa yang saya temukan walaupun dengan sorotan mata yang bodoh, mencermati sedikit demi sedikit disiplin ilmu yang saya geluti walaupun tidak janji untuk menjadi seorang ahli, mengenal tokoh-tokoh walaupun sangat sedikit sekali, mencermati perkembangan ilmu pengetahuan walaupun terseok-seok karena tidak begitu ahli untuk merabanya, dan
mempelajari perkembangan pesantren yang berkembang di daerah ini dan diluar sana walaupun tanpa riserch yang pasti, , serta mencoba meninjau ulang apa yang pernah saya temukan selama ini di MTI Pasir, dan mencoba membuat perbandingan semampu saya. akhirnya saya berkesimpulan seperti yang mandan baca.


Sangat mustahil rasanya saya mampu melihat begitu tajam tanpa di dasari analisa logis dan kritis. bukan berarti saya mengatakan saya orangnya sangat kritis dan punya analisis yang tajam, tapi saya cermati dari tulisan (komentar) mandan untuk tulisan saya ini, spertinya mandan sudah mengakui kelemahan MTI Pasir sebagaimana yang saya sampaikan.

Tapi entah kenapa sepertinya mandan tidak berani untuk mengatakan MTI Pasir butuh perobahan kepada yang lebih baik. sepertinya berusaha keras menutup-nutupi agar kelemahan ini (masalah) yang sebenarnya harus segera dibenahi agar tidak terkesan kepermukaan. saya belum tau motifasinya apa.

sebenarnya motifasi tulisan saya tersebut bukan untuk berdebat, tapi mengajak semua alumni agar sama-sama mencari solusi apabila yang saya gambarkan ternyata benar, dan bisa jadi kawan2 yang lain melihat lebih dalam lagi dari apa yang saya lihat ditubuh MTI Pasr yang kita cintai itu,tentu sangat membantu dalam mempersiapkan strategi apa yang harus kita siapkan.

barangkali begini saja sobat,....
kalau ternyata pernyataan saya tersebut salah, silahkan patahkan denga membuktikannya dengan data-data ilmiah, walaupun tulisan saya tersebut baru sebatas subjektifitas atau tanpa analisis ilmiah yang cermat. tapi kalau ternyata dugaan saya benar, saya mengajak semua alumni MTI Pasir, mari kita sama-sama mencari solusi dengan bijaksana.

Tulisan ini hanya media untuk membangunkan pikiran teman-teman yang katanya selama ini sudah dicerdaskan oleh MTI Pasir, Dan sudah mampu bersaing detengah-tengah kemajuan saudara-saudara kita yang lain, yang saya lihat sebenarnya mereka itu sudah sangat jaaauuuh meninggalkan kita.
InsyaAllah...

Wallahu A'lam ...

novriyaldi mengatakan...

O iyo Ndan, kok buliah pintak jo pinto, diskusi ko kito lanjuik an di blog ambo miang, pas di judul "MTI PASIR BUTUH PEMBAHARUAN" supayo kawan2 yang lain -barangkali pengen mambarikan komentar pulo- bisa langsuang basuo jo tulisan nan sabananyo.

Thanks bangt Ndan
good Luck...

L3nt3r4 Q4lbu_67 mengatakan...

aaa jadih ambo satuju se jp usulan mandan tu mah

mentari hati,simpati jiwa mengatakan...

Assalamu'alaikum USMAN SHI,
HAMKA menjadikan dirinya manfaat untuk orang lain dan menjadi tokoh nasional, yang terpenting sekarang mana HAMKA yang baru?. Kita boleh membaca sejarah segudang, tapi yang terpenting bagaimana pula membuat sejarah untuk bangsa ini, khusus orang minang. Bangsa ini akan maju jika perkataan kita seimbang dengan perbuatan kita.

"Pengemar"